Pages

Rabu, 29 Agustus 2018

Bunda dan Ka Ivan yang selalu setia menemani Pramuka Kita

Tali Temali

Pramuka menumbuhkan persatuan dan kesatuan


Putra/ Putri kita mewakili upacara HUT Pramuka

Regu Putra 

Regu Putri




Kerjasama

   Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Jiwa Muda yang Suka Berkarya.
     Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartirdan Majelis Pembimbing.
   Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
           
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pramuka_Indonesia

Budaya Cuci Tangan di SDN Klender 10



Tangan merupakan salah satu media tempat masuknya kuman penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menular melalui tangan antara lain diare, thypoid, inluenza, ISPA, kecacingan dan flu burung. Mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi risiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 % (Mia Kartika, dkk, 2016).
Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 menyebutkan jumlah kasus diare ditemukan sebesar 213.435 penderita dengan jumlah kematian 1.289 sebagian besar sekitar 70-80 % terjadi pada bayi dan anak-anak (Arry Marsudi, dkk, 2013).
Perkiraan kasus diare di Propinsi Lampung pada tahun 2014 sebesar 173.710 dengan tingkat Incidence Rate (IR) sebesar 214/1.000 penduduk (Pemda Propinsi Lampung, 2015).
Penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Kebon Jahe Kota Bandar Lampung sepanjang tahun 2017 tercatat sebesar 273 kasus. Golongan umur < 5 tahun sebesar 34 kasus dan kelompok umur 5-14 tahun sebesar 41 kasus. Usia 5-14 tahun merupakan kelompok usia anak Sekolah Dasar.
Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang rawan terhadap penularan berbagai penyakit terutama yang berhubungan dengan perut seperti diare, thypoid, kecacingan dan lain-lain. Kebiasaan anak-anak mengkonsumsi jajanan secara bebas diikuti perilaku anak-anak tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebelum makan akan mengakibatkan berbagai kuman penyakit mudah masuk ke dalam tubuh, karena tangan adalah bagian tubuh yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit penyakit (Mia Kartika, dkk, 2016).
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada beberapa tatanan diantaranya Tatanan Rumah Tangga, Tatanan Sekolah, Tatanan Fasilitas Kesehatan dan Tatanan Tempat-tempat Kerja. Hal ini berarti perilaku CTPS menjadi indikator PHBS yang sangat penting dan ada di setiap tatanan.
Namun tingkat kesadaran masyarakat untuk cuci tangan pakai sabun rata-rata baru mencapai 12 % (Kemenkes RI, 2014). Banyak orang yang belum menyadari pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun bagi kesehatan. Mencuci tangan memakai sabun atau mencuci tangan dengan benar dianggap memperlama suatu pekerjaan.
Penerapan CTPS lebih difokuskan di sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan terbanyak pada sekolah tingkat dasar (SD). Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk membudayakan perilaku CTPS di sekolah antara lain :
1. Edukasi dan praktik cuci tangan pakai sabun
    Kegiatan ini dapat bekerja sama dengan pelayanan kesehatan setempat (Puskesmas). Beberapa Puskesmas memiliki program pelayanan kesehatan       di sekolah pada sekolah binaannya seperti kegiatan penjaringan kesehatan siswa, pembinaan dokter kecil dan UKS, pemantauan PHBS di sekolah,          dan penyuluhan-penyuluhan.
2. Kampanye Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
    Setiap tanggal 15 Oktober kegiatan ini dilakukan untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai dalam                   menurunkan tingkat kematian dan pencegahan penyakit akibat diare. Selain itu sebagai upaya peningkatan pembanguna fasilitas sanitasi di                     sekolah.  Kegiatan ini dapat menggandeng pihak pemerintah (Lintas Program dan Lintas Sektor) maupun pihak swasta.
3. Membentuk Duta PHBS atau CTPS
    UKS dapat membuat kegiatan lomba Duta PHBS atau CTPS di sekolah. Duta PHBS atau CTPS dapat menjadi agen perubahan maupun pengawas                dalam pelaksanaan CTPS setiap harinya.
4. Membangun sarana air bersih dan fasilitas cuci tangan
     Tersedianya sarana dalam pelaksanaan CTPS dapat menjadi faktor penguat dalam perubahan perilaku CTPS di sekolah.
5. Pemutaran film / video tentang pentingnya CTPS
6. Pemasangan poster, pembagian leaflet tentang CTPS
7. Cerdas cermat kesehatan berisi tentang PHBS di tatanan sekolah
Perubahan perilaku CTPS di sekolah hingga menjadi budaya bagi masyarakat di sekolah tersebut tentunya memerlukan dukungan semua pihak tidak hanya siswa, guru, orang tua dan masyarakat juga peran serta lintas sektor dan swasta.

https://www.kompasiana.com/nurulmunawaroh/5a537089caf7db1a5b1f9162/budayakan-cuci-tangan-pakai-sabun-ctps-di-sekolah


Kamis, 23 Agustus 2018

Pentingnya Menuntut Ilmu

Oleh: Kazuhana El Ratna Mida (Ratna Hana Matsura)

Penting bagi setiap insan untuk menuntut ilmu. Karena dengan memiliki ilmu banyak hal yang bisa kita dapati. Sebagaimana sebuah pepatah Arab.

مَنْ اَرَدَ الّدُ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَدَ اْلاَخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِالْعِلمِ وَمَنْ اَرَدَ هُمَا مَعًا فَعَلَيهِ بِالْعِلْمِ
Siapa yang ingin dunia (hidup di dunia dengan baik), hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin akhirat (hidup di akhirat nanti dengan senang) hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya, hendaklah berilmu

Dalam setiap kesempatan kita akan dituntut untuk memiliki pengetahuan. Baik pengetahuan secara sederhana hingga pengetahuan paling sulit di dunia.

Contoh saja untuk kehidupan sehari-hari. Kita hidup butuh makan, kalau kita tidak tahu bagaimana ilmunya memasak apa kita bisa makan? Lalu dari mana kita bisa mendapat bahannya. Kita perlu uang.

Sedang uang bagaimana kita mendapatkannya? Tentu kita harus kerja. Ketika kita ingin bekerja maka otomatis kita perlu ilmu untuk pilihan kerja yang kita tempati. Kesimpulannya di manapun dan apapun yang kita lakukan kita harus tahu ilmunya dulu.

Sabda Nabi saw.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَي كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim. (HR Bukhari dan Muslim)

Di sini akan dipaparkan sedikit tentang pengertian ilmu dan pentingnya menunutut ilmu untuk muhasabah diri.

A. Pengertian Ilmu
Ilmu sudah menjadi kata bahasa Indonesia sehari- hari, menurut kamus besar bahasa Indonesian ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian baik yang termasuk jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan keadaan alam dan sebagainya.

Kata ilmu diambil dari bahasa Arab, berasal dari kata jadian ‘alima- ya’lamu- ‘ilman (عَلِمَ يَعْلَمُ عِلْماً ). ‘Alima sebagai kata kerja yang berarti mengetahui. Quraish shihab menjelaskan, kata ilmu dengan berbagai bentuknya dalam Alquran terulang 854 kali.

Selanjutnya menurut Quraish shihab makna ilmu dari segi bahasa berarti “kejelasan” dari semua kata bentukan dari akar katanya mempunyai makna kejelsan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tetntang segala sesuatu, sekalipun demikian kata ilmu berbeda dengan ‘arafa (mengetahui ), ‘arif (yang mengetahui), dan ma’rifah (pengetahuan). Dalam Alquran Allah SWT tidak dinamakan ‘Arif, tetapi ‘Alim yang berkata kerja ya’lamu (dia mengetahui) dan biasanya Quran menggunakan kata terserebut untuk Allah SWT yang mengetahui sesuatu yang gaib, tersembunyi dan rahasia. Jadi ilmu secara lughawi adalah mengetahui sesuatu secara dalam , hingga menjadi jelas.

Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk- makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Hal ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 31-32 :

Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 31-32)

Menurut Al-Quran, manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu bertebaran ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan betapa tinggi kedudukan orang yang berpengetahuan. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah : 11)

Menurut pandangan Quran seperti yang diisyaratkan oleh wahyu pertama ilmu terdiri dari dua macam. Pertama , ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamai ilmu laduni, seperti diinformasikan antara lain dalam Quran surat Al kahfi ayat 65:
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS. Al-Kahfi : 65)

Kedua , ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai ilmu kasbi, ayat- ayat ilmu kasbi jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilmu laduni. Pembagian ini menurut shihab disebabkan karena dalam pandangan Quran terdapat hal- hal yang ada tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri.

Dengan demikian objek ilmu meliputi materi dan non materi, fenomena dan non fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia pun tidak.

B. Pentingnya Menuntut Ilmu (Belajar)
Nabi Saw bersabda kepada Abu Dzar Al Ghifari

 لأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّىَ مِائَةَ رَكْعَةٍ
Bahwa sesungguhnya engkau pergi untuk mempelajari suatu ayat dari kitab Allah adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at. (HR. Ibnu Majah)

Imam Al-Ghazali juga memandang bahwa belajar atau menuntut ilmu adalah sangat penting serta menilai sebagai kegiatan yang terpuji. Untuk menerangkan keutamaan belajar tersebut Imam Al-Ghazali mengutip beberapa ayat Al-Qur’an, hadits Nabi serta atsar. Di antara ayat , hadits dan atsar yang dikutip tersebut, yaitu :



Allah berfirman :
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122)

Nabi saw. bersabda: “Barang siapa menjalin suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Nabi saw. bersabda pula: “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu tanda rela dengan usahanya itu” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Shafwan bin Assal)

Nabi saw. bersabda: “Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Abdul-Birri dari Al-Hasan Al-Bashari)

Abu Darda’ra. berkata: “Lebih suka saya mempelajari satu masalah daripada beribadah satu malam.”
Dan ditambahnya pula: “Orang yang berilmu dan menuntut ilmu berserikat pada kebajikan dan manusia lain adalah bodoh tidak ada kebajikan kepadanya.”

Atha’ berkata: “Majelis ilmu pengetahuan itu, menutupkan tujuh puluh majelis yang sia-sia.”

Imam Asy-Syafi’i berkata: “Menuntut ilmu itu adalah lebih utama daripada berbuat ibadah sunnah.”

Abu Darda’ berkata: “Barang siapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan jihad, maka adalah dia orang yang kurang pikiran dan akal.”

Belajar atau menuntut ilmu mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan menuntut ilmu orang menjadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa menuntut ilmu orang tidak akan mengetahui sesuatu apapun.
Di samping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktik, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai perbuatan yang dapat mendatangkan ampunan dari Allah SWT. Orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni dosanya.

Demikian pentingnya  belajar–menuntut ilmu ini sehingga dihargai sebagai jihad fisabililah yaitu pahalanya sama dengan orang yang pergi berperang dijalan Allah untuk membela kebenaran agama.

Srobyong, 7 Februari 2015

Sumber :

[1] Al- Ghazali, Ihya’ Ulumuddinjilid 1,terj.Prof.TK.H.Ismail Yakub MA.SH ”Ihya’ Al- Ghazali jilid 1, cet VI (Semarang :CV Faizan, 1979)

[2] Sofiyah Ramadhani, E. S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung).

[3] Dr. M. Ramli Hs., M.Ag.,dkk, Mengenal Islam, (Semarang : Unnes, 2007)

[4] Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemah, (Bandung :Piponegoro : 2000)

[5] Dr. Hj. Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2003)

http://bersamadakwah.net/pentingnya-menuntut-ilmu/
 

Blogger news

Blogroll

Berbagi Ilmu